Mahasiswa Poltekkes Tuding Akademik Tak Transparan
Direktur Poltekkes Mengikuti Lomba Makan Kerupuk (Terlihat Sepi) |
Hal tersebut dibantah Pembantu Direktur III yang juga Ketua Panitia Pelaksana Dies Natalis Poltekes Pontianak, Aspian. Menurut Aspian, aksi tak mengikuti kegiatan oleh sebagian mahasiswa tersebut bukanlah sikap boikot, namun keputusan sendiri dari segelintir mahasiswa.
Dies natalis yang melibatkan seluruh Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes Pontianak sebagian penanggung jawab masing-masing kegiatan ini tetap berlangsung. “Terserah mereka, kami telah memfasilitasi, dengan melibatkan ketua jurusan yang punya hubungan langsung dengan mahasiswa,” ungkapnya.
Aspian menjelaskan, ada masukan dari mahasiswa untuk melaksanakan lomba futsal. Namun untuk sementara (Dies Natalis) tidak melaksanakan disebabkan karena waktu yang mepet. “Futsal nanti akan dilaksanakan secara khusus dengan memperebutkan piala direktur,” tuturnya.
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan pada Olahraga Bersama Poltekkes Kemenkes Pontianak tahun ini diantaranya orasi ilmiah diikuti oleh sekitar 150 undangan. Jalan sehat diikuti sekitar 500 peserta, makan kerupuk, sepeda lambat, apresiasi seni, dan kunjungan ke panti jompo.
Kegiatan Olahraga Bersama tahun ini diperuntukkan kepada mahasiswa. Makanya melibatkan ketua jurusan langsung sesuai dengan SK. “UKM dan BEM sama mahasiswa,” ungkapnya. Pada tahun lalu pelaksanaan dies natalis tidak melibatkan BEM atau UKM, semua dikoordinatori akademik. Bahkan, ada opini BEM tidak diundang dalam rapat. “Kami sudah mengundang BEM untuk ikut serta,” tegas Aspian.
Tak hanya mahasiswa, boikot juga dilakukan oleh BEM kampus tersebut. Pasalnya, ada kekecewaan terhadap akademik yang hingga ini belum terselesaikan. BEM Poltekkes Kemenkes Pontianak, melalui Koordinator Litbang, Hendra saat ditemui di Sekeretariat BEM kemarin menuturkan, BEM tidak mengerahkan mahasiswa untuk boikot, namun mahasiswa sendiri memilih.
Meskipun sebagian yang ikut karena keterpaksaan. “Mungkin saja ada tekanan dari beberapa pihak, maka mereka terpaksa ikut. Hal itu disampaikan oleh salah satu mahasiswa kepada BEM,” ungkapnya.
Menurut Hendra, perayaan dies natalis dengan dana yang besar sangat tidak masuk akal. Pasalnya kegiatan yang diadakan seperti kegiatan anak SD dan TK. “Bayangkan, setingkat kita lombanya kayak 17-an saja.
Makan kerupuk dan sepeda lambat,” tuturnya penuh kecewa kemarin. Aksi boikot tersebut juga didasari oleh kekecawaan terhadap anggaran kemahasiswa senilai Rp120 juta yang tak pasti pertanggungjawabannya oleh pihak terkait. Dana Rp120 juta tersebut sesuai RKAL menurut Hendra, Rp80 juta untuk BEM, dan sisanya untuk UKM yang terdiri dari kerohanian Islam dan Kristen.
“Kami heran, BEM baru menggunakan dana Rp12 juta, kok bendahara akademik bilang sisa dana untuk BEM Rp15 juta. Kan sangat jauh dengan anggaran, dan ada bukti lagi penggunaan dana kerohanian Islam telah mencapai di atas Rp50 juta. I
tu kan perlu dipertanyakan,” jelas Hendra didampingi pengurus BEM lainnya. Mengenai hal ini, saat akan dikonfirmasi ke Pudir III waktunya sangat terbatas, karena Pudir III Poltekkes Kemenkes Pontianak akan mengikuti rapat. (afi)
Sumber : Pontianak Post, Borneo Tribune